MENGENAL BIOGRAFI R.A KARTINI
Biografi R.A Kartini
Sebagai sosok yang cerdas, R.A. Kartini banyak
mengemukakan gagasaannya terkait hak dan kedudukan seorang wanita. Beliau juga
mendorong kesetaraan pendidikan untuk kaum perempuan yang sebelumnya lebih
diutamakan untuk kaum laki-laki.
Karena perannya tersebut, banyak masyarakat yang
menjadikannya sebagai simbol kesetaraan gender dan emansipasi wanita. Pada 2
Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional.
Mengutip buku Seri Pahlawan Nasional: R.A
Kartini karya Watik Ideo, dkk., R.A Kartini lahir pada 21 April 1879 di
Kota Jepara, Jawa Tengah. Beliau lahir di tengah keluarga bangsawan, di mana
ayahnya adalah seorang Bupati Jepara bernama Mas Adipati Ario Sosroningrat.
Status Kartini sebagai golongan priyayi
menjadikannya berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di Europese
Lagere School (ELS) Jepara. Ini adalah salah satu sekolah elit yang hanya bisa
diikuti anak-anak Belanda dan pribumi dari keluarga bangsawan.
Pada tahun 1898, tepatnya ketika berusia 12
tahun, Kartini menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar. Ia berniat untuk
melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah, namun keiinginannya tersebut
tidak terwujud.
Dijelaskan dalam buku Pendidikan Feminis R.A.
Kartini karya Irma Nailul Muna (2017), saat itu, kesempatan mengenyam
pendidikan bagi kaum perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan hanya boleh
menempuh pendidikan sampai jenjang sekolah dasar.
Karena itu, Kartini pun menjalani masa pingitan
dengan menetap di rumah dan menyiapkan diri untuk menjadi ibu rumah tangga. Di
momen itu, Kartini banyak melahap ilmu pengetahuan dan buku-buku yang dibelikan
ayahnya.
Kartini mendapat banyak pengaruh dari buku-buku
bacaannya, di antaranya Max Havelaar, Surat-Surat Cinta, De Stile Kraacht, dan
lain-lain. Dari bacaan tersebut, Kartini terinspirasi untuk memajukan perempuan
pribumi yang berada di status sosial rendah.
Kartini pun merealisasikan cita-citanya dengan
mendirikan sekolah khusus wanita di tanah kelahirannya, Jepara. Di sekolah
tersebut, mereka diberi pelajaran menjahit, menyulam, dan memasak.
Hingga pada 8 November 1903, Kartini menikah
dengan Bupati Rembang yang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih
Djojoadhiningrat. Beruntung, suaminya itu mau mendukung gagasan Kartini untuk
memajukan perempuan Indonesia.
Kartini diberi kebebasan untuk mendirikan
sekolah wanita di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Melalui sekolah ini, Kartini berhasil melahirkan perempuan-perempuan hebat dan
cerdas.
Hingga pada 13 September 1904, Kartini
melahirkan anak pertamanya yang diberi nama R.M. Susalit. Setelah melahirkan,
keadaan kartini semakin memburuk dan ia pun mengembuskan napas terakhirnya pada
17 September 1904 di usia 25 tahun.
Meski meninggal di usia muda, Kartini telah
membawa inspirasi bagi wanita Indonesia hingga kini. Sosoknya banyak berperan
dalam mengangkat martabat wanita, memajukan pendidikan, serta menjamin
hak-haknya.
Surat-surat yang dikirimkan Kartini kepada
teman-temannya di Eropa semasa hidupnya dibukukan oleh Mr.J.H Abendanon.
Kumpulan surat itu kini dikenal dengan buku yang berjudul Habis Gelap
terbitlah Terang.
Komentar
Posting Komentar